Awal lahirnya revolusi industri
Revolusi Industri terjadi pada periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.
Revolusi Industri
menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek
kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal
peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan
dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri,
rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam
kali lipat.
Revolusi Industri
dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan dalam
penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga
hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis
menufaktur.
Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap
industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan
batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis
pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya
perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya
menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.
Awal mula Revolusi
Industri tidak jelas, tetapi T.S. Ashton menulisnya
kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi
Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi
mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di
akhir abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.
Faktor yang melatarbelakangi
terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada
abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian
dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge,
The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.
Istilah
"Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste
Blanqui di
pertengahan abad ke-19. Revolusi Industri menandai dimulainya era
pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis. Revolusi Industri dianggap sebagai peristiwa
paling penting yang pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan sejak domestikasi
hewan dan tumbuhan pada masa Neolitikum.
Etimologi
Awal mula
penggunaan istilah "Revolusi Industri" ditemukan dalam surat oleh seorang
utusan dari Paris bernama Louis-Guillaume
Otto pada tanggal 6
Juli 1799, yang mana di saat itu dia menuliskan bahwa Prancis telah memasuki
era industrialise. Dalam buku terbitan tahun 1976 yang
berjudul: Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, Raymond
Williams menyatakan
bahwa kata itu sebagai sebutan untuk istilah "industri".
Revolusi
Industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan juga radikal yang
memengaruhi kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi
biasanya digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan.
Namun, Revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam cara
pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga
manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian,
barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif
singkat.
Latar belakang
Revolusi Industri
untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkannya adalah sebagai berikut:
· Situasi politik yang
stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang mengharuskan raja bersumpah
setia kepada Bill of Right sehingga raja
tunduk kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas
persetujuan parlemen.
· Inggris kaya bahan
tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di samping itu, wol juga sangat menunjang industri tekstil.
· Adanya penemuan baru
di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara kerja dan meningkatkan hasil
produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun, mesin uap, dan sebagainya.
· Kemakmuran Inggris
akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat menyediakan modal yang
besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris juga tersedia bahan mentah
yang cukup karena Inggris mempunyai banyak daerah jajahan yang menghasilkan
bahan mentah tersebut.
· Pemerintah memberikan
perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan baru (hak paten) sehingga
mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih setelah dibentuknya lembaga
ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge maka perkembangan
teknologi dan industri bertambah maju.
· Arus urbanisasi yang
besar akibat Revolusi
Agraria di
pedesaan mendorong pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak
agar dapat menampung mereka.
Tahapan revolusi industri
Revolusi industri 1.0
Istilah ini pertama kali muncul sekitar
tahun 1750-an. Tahun-tahun tersebutlah yang sering disebut masa revolusi
industri 1.0. Pada masa tersebut, terjadi perubahan secara besar- besaran dalam
bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi.
Revolusi bermula ketika mesin bertenaga air dan uap dikembangkan untuk membantu
pekerja. Mesin-mesin itu menggantikan tenaga manusia dan hewan untuk
meningkatkan kemampuan produksi. Perubahan ini memiliki dampak besar terhadap
kondisi ekonomi, sosial, dan budaya dunia. Sejarah bahkan mencatat, revolusi
ini berhasil menaikkan perekonomian dunia selama dua abad berikutnya.
Revolusi Industri 2.0
Dua abad setelah revolusi industri 1.0,
atau tepatnya pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, terjadi revolusi
industri 2.0. Merangkum dari laman APICS.org, pada
masa tersebut, listrik mulai menggantikan tenaga air dan uap sebagai sumber
daya utama. Listrik dianggap lebih mudah digunakan untuk mesin dibanding dua
sumber daya sebelumnya. Penemuan listrik dan motor pembakaran dalam
(combustionchamber) memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang,
dan lain-lain. Periode ini juga memicu perkembangan sejumlah program manaheman
yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas fasilitas manufaktur. Hasilnya,
peningkatan produktivitas berkali lipat.
Revolusi Industri 3.0
Kemunculan teknologi digital dan internet menandainya
dimulainya revolusi industri 3.0. Inilah masa masa dimana kita semua besar di
zaman ini, Sekitar akhir abad ke-20, penemuan dan pembuatan perangkat
elektronik memungkinkan otomatisasi mesin secara lebih penuh. Periode ini
melahirkan perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik, ini
juga memumculkan penggunaan alat-alat elektronik yang menggunakan bahan dasar
semikonduktor seperti telepon seluler, smartphone, chip, dan sebagainya. Dalam
pandangan sosiolog Inggris David Harvey, revolusi industri 3.0 atau juga
disebut revolusi digital adalah prose pemampatan ruang dan waktu. Artinya,
waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi ini juga mengubah pola relasi dan
komunikasi masyarakat kontemporer. Praktik bisnis pun berubah mengikuti
revolusi ini. Apalagi saat itu tekanan untuk mengurangi biaya cukup kuat.
Akibatnya, produsen mulai memilih mesin ketimbang manusia. Tak hanya itu,
produsen juga mulai memindahkan pabrik-pabriknya ke negara berbiaya rendah.
Semuanya bertujuan untuk menekan biaya produksi tapi tetap melakukan reproduksi
secara besar-besaran.
Revolusi Industri 4.0
Pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah
menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptivetechnology) hadir
begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan yang telah berjaya
bertahun-tahun. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri ini telah banyak
menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa. Ukuran perusahaan
tidak lagi menjadi jaminan. Kelincahan para pengusaha dituntut dalam hal ini,
terutama karena hubungan internet of things (IOT) dan teknik manufaktur
memungkinkan sistem untuk berbagi informasi, menganalisisnya, dan
menggunakannya sebagai tindakan cerdas. Perkembangan teknologi baru telah
menjadi pendorong utama pergerakan menuju revolusi industri 4.0
Ada empat prinsip rancangan dalam Industri
4.0.
Prinsip-prinsip ini membantu perusahaan
mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.0.
·
Interoperabilitas
(kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk berhubungan
dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet untuk segala (IoT) atau
Internet untuk khalayak (IoP). IoT akan mengotomatisasikan proses ini secara
besar-besaran
·
Transparansi
informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik
secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor.
Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan
informasi konteks bernilai tinggi.
·
Bantuan
teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan
mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa
membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak. Kedua,
kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan
melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak
aman bagi manusia.
·
Keputusan
mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan
melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau
ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.
Source :
https://sains.kompas.com/read/2019/02/18/121920123/sejarah-revolusi-industri-10-ke-40
https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_4.0
https://www.tek.id/tek/apa-itu-industri-4-0-dan-bagaimana-indonesia-menyongsongnya